Our Portfolio

The Last of us

Smart Fast Charging

Inovasi Teknik Lstrik DIII

The Last of us

Sertifikasi

Sertifikasi Ketenagalistrikan

The Last of us

PLTS

Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Berita dan Informasi

Lulusan Terbaik Teknik Listrik Angkat Rancang Bangun Prototype Fuel Cell

Nanda Dwi Putra Anas Amirullah, lulusan terbaik Teknik Listrik DIII, Fakultas Teknologi Industri, ITN Malang pada wisuda ke 68 tahun 2022. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)

Malang, ITN.AC.ID – Energi listrik merupakan faktor penentu perekonomian, infrastruktur, transportasi, dan taraf hidup suatu negara. Sayangnya, saat ini ketergantungan terhadap energi listrik berbahan fosil cukup tinggi. Padahal bahan bakar fosil bukanlah sumber yang berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan energi populasi global yang semakin meningkat pesat, penting untuk meningkatkan ke sumber energi alternatif berkelanjutan yang tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
Salah satu yang bisa dikembangkan adalah fuel cell. Rancang bangun prototype fuel cell berusaha dikembangkan oleh Nanda Dwi Putra Anas Amirullah. Nanda merupakan lulusan terbaik Teknik Listrik DIII, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang pada wisuda ke 68 tahun 2022.
Fuel cell merupakan salah satu penghasil energi listrik alternatif, yang bekerja dengan mengkonversi energi kimia yaitu reaksi hidrogen dan oksigen menjadi energi listrik. Hidrogen merupakan unsur yang mudah didapat dan ramah lingkungan karena bisa didapatkan dari mana saja dan mudah terurai oleh alam.

Baca juga : PLTS ITN Malang jadi Wisata Edukasi

“Saya membuat prototipe untuk memahami cara kerja dari fuel cell, dan memahami faktor yang mempengaruhi kinerja fuel cell. Serta melihat daya yang dihasilkan terhadap banyaknya gas hidrogen yang dimasukkan kedalam alat. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa daya yang dihasilkan oleh alat akan meningkat seiring dengan banyaknya gas hidrogen,” kata Nanda.

Prototype fuel cell karya Nanda Dwi Putra Anas Amirullah, Teknik Listrik DIII, ITN Malang. (Foto: Istimewa)

Nanda menjelaskan, prototipe ini terbuat dari bejana kaca tebal 5 mm, dengan panjang 30 cm, tinggi 28 cm, dan lebar 12 cm. Bejana dibagi tiga sekat dengan kisi-kisi panjang 5 cm, tinggi 7,5 cm, dan tebal 2 mm. Jarak antar kisi 2 cm. Antar kisi dihubungan dengan larutan elektrolit, sehingga memicu menghasilkan tegangan dan arus. Tegangan dan arus diukur dengan avometer dengan bebannya memakai resistor dummy load dengan nilai 220 ohm. Dummy Load adalah perangkat yang digunakan untuk mensimulasikan beban listrik untuk tujuan pengujian.
“Mengukur arus perlu beban. Maka saya menggunakan dummyload agar terbaca arusnya. Kesimpulannya, semakin banyak gas yang dimasukkan, tegangan yang dihasilkan semakin meningkat,” imbuh pemilik IPK 3,76 ini.

Baca juga : PLTS ITN Malang jadi Wisata Edukasi

Penelitian fuel cell menjadi tantangan bagi Nanda. Pasalnya penelitiannya mengarah ke elektronika. Jadi Nanda mau tidak mau harus belajar berbagai riset pendukung terutama jurnal luar negeri. Di Indonesia sendiri riset fuel cell masih tergolong jarang. Selain itu tantangan lainnya adalah saat membuat bejana kaca.
“Sulit membuat bejananya, sering bocor. Kurang lebih menghabiskan 2 juta rupiah,” tandasnya. Nanda dalam skripsinya dibimbing oleh Ir. M. Abd. Hamid, MT dan Ir. Taufik Hidayat, MT. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Kedaireka ITN Malang Ubah TPS Poncokusumo jadi Wisata Edukasi Berbasis Technopark

Malang, ITN.AC.ID – Melihat sampah hanya dibuang ke TPA, dan belum terkelola dengan baik, maka Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang tergerak untuk membantu mengolah sampah dengan teknologi tepat guna (TTG). Lewat Matching Fund Kedaireka, ITN Malang berkolaborasi dengan pemerintah Desa Poncokusumo dan PT Sangkar Garuda Sakti (SGS) mengembangkan sebuah wisata edukasi berbasis technopark yang berfokus pada pengolahan sampah anorganik menjadi energi terbarukan.

“Awalnya program Kedaireka yang kami ajukan untuk edukasi wisata dengan pemanfaatan TTG. Tapi, karena muncul permasalahan limbah sampah, akhirnya kami mengembangkan mesin pengolah sampah. Mitra pun (PT SGS) mendukung ke arah TTG pengolahan sampah,” tutur Dr. Aladin Eko Purkuncoro, ST MT, Ketua Tim Kedaireka ITN Malang saat ditemui beberapa waktu lalu.

PT Sangkar Garuda Sakti selama ini sudah mengembangkan mesin pengolah sampah organik di Desa Poncokusumo untuk dijadikan bahan pupuk, pelet pakan maggot, dan lain sebagainya. Namun, untuk sampah anorganik selama ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.

PT Sangkar Garuda Sakti yang berkedudukan di Karangnongko Poncokusumo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan mesin TTG. Bidang lain yang dikelola adalah bidang pendidikan, industri manufaktur, dan industri pengolahan. Dengan pimpinan direktur utama Kusnadi dan direktur pelaksana Vendy Penatas Priadi. PT SGS bekerjasama dengan BUMDes Cipta Langgeng Sejahtera Poncokusumo membangun sebuah lokasi wisata berbasis edukasi yang menampilkan mesin-mesin TTG.

Menurut Aladin, Kedaireka ITN Malang akan membuat tiga TTG. Yakni, snelhecter mesin pencacah sampah, mesin pirolisis, dan mesin penyulingan. Metode pirolisis (mesin pirolisis) dapat mengolah sampah anorganik berupa plastik menjadi BBM yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Ini akan mengurangi sampah plastik di masyarakat.

“Kami bekerjasama dengan PT SGS untuk membuat mesin pirolisis ini. Awalnya sampah akan dipilah sesuai jenisnya, kemudian masing-masing dimasukkan dalam snelhecter. Lalu, sampah anorganik masuk ke pirolisis, dan ke mesin penyulingan untuk menghasilkan BBM,” bebernya.

Pembuatan mesin pirolisis dan mesin pengolahan sampah terpadu nantinya dapat digunakan sebagai wisata edukasi bagi pelajar SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dan masyarakat umum. Mereka dapat belajar memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai guna.

“Technopark-nya di sini. Jadi, pelajar dan masyarakat bisa belajar TTG pengolahan sampah terpadu. Pelajar SD bisa belajar tentang prototipe-nya, SMP sudah bisa diajak (belajar) ke lapangan, SMA bisa belajar prosesnya, sedangkan mahasiswa bisa belajar sampai ke produk jadi. Edukasi disesuaikan dengan tingkat pendidikan mereka. Karena kami adalah vokasi terapan, maka harus ada track record-nya,” jelas dosen Teknik Mesin DIII ITN Malang ini.

Bahkan, kedepannya selain mengembangkan TTG pengolahan sampah terpadu, Kedaireka ITN Malang juga akan mengembangkan TTG mesin pengolahan pertanian dari proses sampai produk jadi. Misalnya, pengolahan tomat menjadi saus tomat, dan lain-lain. Untuk mempermanis wisata technopark akan ditambah dengan fasilitas seperti spot foto dan sebagainya.

Kedaireka ITN Malang di Poncokusumo melibatkan enam prodi di lingkungan Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITN Malang, dengan anggota tim: Prof Lalu Mulyadi, MT (dosen Arsitektur), Ir. Lalu Mustiadi MT, (dosen Teknik Mesin S-1), Sanny Andjarsari, ST MT, (Teknik Industri DIII), Eko Budi Santoso, ST MM MT, (Teknik Mesin D-3), Ir Eko Nurcahyo, MT, (Teknik Listrik DIII), dan Ahmad Faisol, ST MT (Teknik Informatika). Dan, didukung oleh tim mahasiswa Prodi Arsitektur, S-1, Teknik Mesin DIII, Teknik Industri DIII, dan Teknik Listrik DIII ITN Malang.

“Di Malang sangat sedikit TPA. Solusinya sampah harus diolah. Maka, untuk alat pengolahannya perlu kontribusi perguruan tinggi. Harapan kami alat pengolahan sampah terpadu nantinya bisa bermanfaat, bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Technopark bisa terwujud terutama untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Desa Poncokusumo. Juga, dapat memberi edukasi bagi pelajar, dan UMKM. Semoga Desa Poncokusumo bisa menjadi desa binaan ITN Malang,” tandasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Beri Pemahaman Pentingnya Sertifikat Kompetensi, ITN Malang Gelar Webinar Sertifikasi Kompetensi Bidang Ketenagalistrikan

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 500 KWp/0,5 MWp yang berlokasi di Kampus 2 ITN Malang terbesar skala perguruan tinggi di Pulau Jawa. (Foto: Istimewa) 

Malang, ITN.AC.ID – Pentingnya Sertifikasi Kompetensi Bidang Ketenagalistrikan DJK ESDM menjadi pembahasan yang menarik pada webinar Teknik Elektro S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Webinar virtual melalui zoom meeting ini merupakan perhatian Kampus Biru terhadap kompetensi mahasiswa, alumni, serta masyarakat luas.

Menghadirkan tiga pembicara Dr.Ir. Widodo Pudji Muljanto, MT dan Rachmadi Setiawan, ST MT dosen ITN Malang sekaligus asesor Kompetensi Ketenagalistrikan, serta Moh Ishak Shufri Direktur Utama PT Lisan Nusantara Satu yang merupakan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan. Diselenggarakan atas kerjasama Himpunan Mahasiswa Elektro S-1 dan Himpunan Mahasiswa Listrik DIII, webinar juga diikuti oleh perwakilan perusahaan dan beberapa dosen perguruan tinggi lain.

Menurut Dr.Ir. Widodo Pudji Muljanto, MT, ITN Malang memiliki potensi dengan fasilitas yang memadai sebagai tempat uji kompetensi yang berstandar nasional. Seperti laboratorium jaringan distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah lengkap dengan travo dan APP yang sudah berstandar PLN.

“ITN juga mempunyai Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang standar. Terbaru, ITN membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terbesar skala perguruan tinggi di Pulau Jawa sebesar 500 KWp/0,5 MWp. Semua fasilitas ini bisa dipakai sebagai media uji kompetensi,” tutur Widodo

Dosen Teknik Elektro S-1 ini menjelaskan pentingnya mahasiswa dan lulusan teknik memiliki sertifikat kompetensi kelistrikan. Karena, berguna untuk bekal dalam persaingan dunia kerja, serta lebih besar mendapat peluang pekerjaan. Sedangkan perusahaan yang secara teknik memiliki tenaga ahli berkompeten yang diakui oleh pemerintah akan semakin diakui.

“Contoh, kontraktor listrik atau konsultan bidang ketenagalistrikan wajib memiliki penanggung jawab teknik. Banyak sekali peluang kerja untuk ketenagalistrikan. Seperti juga operator, bahkan perusahaan trading khusus ketenagalistrikan juga ada,” ujarnya.

Uji kompetensi ketenagalistrikan bisa diambil ketika mahasiswa belum lulus kuliah. Menurutnya, mahasiswa harus memiliki tiga aspek utama untuk berhasil. Pertama knowledge, yang bisa didapat di kampus. Kedua skill, yang perlu diasah salah satunya dengan program sertifikasi. Dan ketiga attitude (sikap perilaku). “Mekanisme pelaksanaan sertifikasi ada 2 cara, dengan uji kompetensi dan portofolio,” katanya.

Rachmadi Setiawan, ST MT, juga memperkuat potensi yang dimiliki ITN Malang. Ulasnya, PLTS ITN Malang bisa menjadi tempat uji kompetensi (TUK) di bidang pembangkit listrik. Begitu juga PLTD trafo kapasitas 100 KVA bisa untuk tempat uji kompetensi. Sementara di bidang distribusi, pemasangan dan pemeliharaan, ITN Malang memiliki gardu trafo tiang (GTT), juga ada box panel phb-tr.

“Untuk laboratorium jaringan distribusi tenaga listrik merupakan sumbangan dari para alumni. Ada gardu portal, banyak macamnya kaitanya dengan pemasangan dan pemeliharaan,” kata Rachmadi.

Rachmadi juga menyinggung pentingnya kompetensi kerja, karena berkaitan erat dengan empat pilar keselamatan ketenagalistrikan. Seperti keselamatan kerja, keselamatan umum, keselamatan lingkungan, dan keselamatan instansi.

Sehingga, dalam melaksanakan uji kompetensi ITN Malang bekerjasama dengan PT Lisan Nusantara Satu yang berlokasi di Surabaya. Sesuai dengan undang-undang yang mengatur ketenagalistrikan, maka kompetensi akan mewujudkan Amdal dan aman. Aman dari bahaya, bagi manusia, dan makhluk hidup serta ramah lingkungan.

Teknik Listrik DIII ITN Malang Ciptakan Smart Fast Charging Bidik Kebutuhan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik

Malang. ITN.AC.ID – Teknik Listrik DIII Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menciptakan smart fast charging sebagai alat pengisian cepat baterai sepeda motor listrik. Bernama Smart Fast Charging Nasional Power, merupakan terobosan teknik listrik DIII untuk membidik kebutuhan akan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

Seperti diketahui, sepeda motor listrik saat ini makin popular. Dengan peningkatan jumlah kendaraan listrik, maka tidak menutup kemungkinan akan banyak membutuhkan infrastruktur pengisian listrik untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai di tempat-tempat umum.

Sepeda berbahan bakar sumber tenaga listrik ini ramah lingkungan. Karena listrik merupakan sumber daya alam (SDA) yang dapat diperbaharui, sehingga mengurangi SDA berbahan fosil. Selain perawatannya mudah, sepeda motor listrik tidak menimbulkan suara bising, dan polusi udara. Seperti halnya penggunaan bahan bakar minyak.

Menurut Kaprodi Teknik Listrik DIII, ITN Malang, Ir Eko Nurcahyo, MT, dengan penggunaan teknologi fast charging pada pengisian bateraidapat memberikan efektifitas waktu. Sehingga pengisian daya baterai menjadi singkat.

“Kami sedang mengembangkan model fast charging untuk SPKLU dengan pengisian yang lebih cepat. Sehingga masyarakat tidak menunggu terlalu lama didalam mengisi ulang baterai. Dan jangan khawatir, pengisian baterai ini juga memperhatikan unsur safety,” kata Eko, saat ditemui di Kampus 2 ITN Malang beberapa waktu lalu.

Dikatakan Eko, kelebihan alat ini dilengkapi fast charging scanning systemsFast charging memiliki kemampuan bisa mengisi sepeda dan mobil listrik dengan spesifikasi antara 12-60 volt, dan arus 1-5 ampere. Dengan menggunakan scanning sistemFast Charging Nasional Power khusus untuk pengisian baterai lithium ion. Dilengkapi baterai manajemen sistem (BMS) yang dapat mengatur temperatur suhu tegangan saat melakukan pengisian daya. Sehingga, BMS dapat melindungi baterai dari suhu yang tinggi. Sekaligus mencegah terjadinya overcharge dan over discharge pada baterai. Overcharge diakibatkan oleh proses pengisian terlalu lama, atau terus-menerus diberi tegangan berlebih. Sementara over discharge adalah kebalikannya.

Sepeda motor listrik mempunyai tegangan sendiri-sendiri, ada yang 12 volt, 25 volt, 48 volt, 60 volt. Umumnya SPKLU hanya menyediakan satu tegangan. Sehingga sepeda motor listrik harus mencari SPKLU sesuai tegangannya. Makanya, fast charging ITN Malang dinamakan smart fast charging karena bisa mengisi bermacam sepeda motor listrik sesuai dengan tegangannya. Dan, karena ini fast charging maka jangka waktu pengisian baterai sekitar 15 sampai 30 menit. Karena umumnya pengisian baterai motor listrik membutuhkan waktu sekitar 2 jam.

“Kelebihan by scanning sistem. Alat ini juga dinamakan smart fast charging, karena menyediakan daya untuk berbagai jenis sepeda motor listrik. Karena umumnya SPKLU hanya menyediakan satu tegangan. Kalau smart fast charging inibisa untuk mengisi sepeda berbagai tegangan. Semisal daya sepeda listrik berdaya 48 volt, sekian ampere. Nanti akan tepat mengisinya. Jadi tidak ada kelebihan tegangan, dan aman,” imbuh Eko.

Smart Fast Charging Nasional Power berlogo ITN ini memiliki dimensi 330 cm x 330 cm x 1.200 cm. Pembangkit listrik untuk pengisian smart fast charging bisa menggunakan listrik dari PLN ataupun dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Smart FastCharging Nasional Power sudah diujicobakan kepada sepeda listrik buatan SMK Nasional Malang. Harapan kedepan Smart fast charging dapat memberikan kemudahan bagi pengguna kendaraan listrik untuk melakukan pengisian kembali energi baterai yang digunakan sebagai sumber daya penggerak kendaraan listrik.

Ada rencana produksi massal untuk smart fast charging yang disatukan dalam satu paket dengan motor listrik buatan SMK Nasional. “Minimal ada SPKLU di tempat-tempat umum yang strategis. Sehingga pengguna sepeda listrik tidak kesulitan dalam mengisi ulang baterainya,” tandas Eko. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

en_USEnglish